Minggu, 08 April 2018

Gardu ANIEM, Cagar Budaya yang Usang




Letaknya di beberapa lokasi agak tersembunyi, walau di tepi jalan protocol Kota Surabaya. Jadi, kerap luput dari perhatian mereka yang berlalu-lalang di sekitarnya. Gardu ANIEM, atau dalam bahasa Belanda disebut transformatorhuis, alias Rumah Trafo. Walau tidak banyak memberi fungsi kini, bangunan persegi dengan atap sekilas berbentuk limas berornamen. Coba amati beberapa saat, akan tampak hal menarik pada aksen arsitekturalnya. Bentuk bangunan yang menarik dengan langgam yang khas tempo dulu.
Gardu aniem ini dulunya berfungsi sebagai gardu listrik 6 KV di jamannya. Dalam rangka mendistribusikan kebutuhan listirk di Surabaya, didirikan gardu listrik di beberapa titik, di Jalan Dukuh, Jalan KH. Mas Mansyur, Jalan Kebalen Timur, Jalan Kedungdoro, dan Jalan Panglima Sudirman. Manfaat trafo ketika
itu, adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut di antaranya seperti menurunkan tegangan ataupun menaikkan tegangan. Sehingga, arus listrik bisa stabil dan terkendali tegangannya.



Disebut gardu Aniem, karena gardu itu merupakan warisan salah satu perusahaan distribusi listrik di zaman Belanda. ANIEM singkatan dari Algemeene Nederlandsch-Indische Elecriciteits Maatschappij. Dibangun sekira tahun 1910 -an. Sekilas sejarah kelistrikan di Surabaya, bermula ketika perusahaan gas Nederlands Indische Gas Maatschappij (NIGM), berkantor di Jakarta, pada tanggal 26 April 1909 mendirikan ANIEM. Sebagai salah perusahaan swasta yang di beri hak untuk membangun dan mengelola sistem kelistrikan di Indonesia pada waktu itu.
ANIEM merupakan perusahaan yang berada di bawah NV Handelsvennootschap, yang sebelumnya bernama Maintz & Co. Perusahaan ini berkedudukan di Amsterdam dan masuk pertama kali ke Kota Surabaya pada akhir abad ke-19, dengan mendirikan perusahaan gas NIGM tadi. Pada tahun 1909, perusahaan ini diberi hak untuk membangun beberapa pembangkit tenaga listrik berikut sistem distribusinya ke kota-kota besar di Jawa.

Infrastruktur dari kinerja distribusi listrik di Surabaya masih tersisa. Satu di antaranya gardu ANIEM. Di salah dinding gardu itu terdapat tempelan peringatan dari plat besi cor bertuliskan dalam tiga bahasa: Levensgevaar (Bahasa Belanda) Awas Elestrik (Bahasa Melayu), dan dalam huruf Jawa (Honocoroko) yang berbunyi Sing Ngemek Mati. Kata tersebut dilengkapi dengan tanda kilat, tampaknya ditujukan bagi orang yang tidak bisa membaca sama sekali.
Bangunan gardu listrik berbentuk kerucut ini di tetapkan menjadi bangunan cagar budaya sesuai dengan surat keputusan Walikota Surabaya No. 188.45/363/436.1.2 (Berbagai Sumber).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

lagu yang bikin gue nangis

Lijit Search